BEKANTAN

BEKANTAN


1. Bekantan (Nasalis larvatus) dikenal juga dengan sebutan kera Belanda, bekara, raseng, pika, dan bentangan. Bagian wajah bekantan berwarna merah kecoklatan dan tidak berbulu, sedangkan pada bayi wajah berwarna biru tua (Napier dan Napier, 1967). Kera jantan berhidung besar ini diberi nama setempat bekantan atau Kera Belanda karena mirip dengan Orang Belanda yang terbakar sinar matahari (MacKinnon, 1986).Bekantan tersebar secara terbatas di Pulau Kalimantan dan beberapa pulau dekat pantai, khususnya yang terdapat di muara S. Brunei dan P. Sebatik di perbatasan Sabah/Kalimantan Timur. Biasanya ditemukan di dekat sungai-sungai besar. Di sungai-sungai Sabah bagian timur yang lebih besar terdapat jauh di hlu sungai (misalnya, di atas S. Danum di hulu S. Segama). Ada laporan-laporan lama dari hulu S. Kapuas di Kalimantan Barat, di Tumbang Maruwe di S. Barito di Kalimantan Tengah dan di S. Mahakam dan S. Kayan di Kalimantan Timur. Keadaan saat ini di pedalaman P. Kalimantan tidak menentu, tetapi jenis ini ada di beberapa bagian pesisir Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, khususnya hilir S. Barito. Distribusi di Sabah bagian barat, Brunei dan Serawak jarang dan tersebar, mungkin mencerminkan distribusi habitat dan tekanan perburuan. Di Brunei melimpah secara lokal di muara S. Brunei tetapi tidak ada catatan dari S. Temburong ke arah timur.
2. Bekantan adalah satwa yang dilindungi semenjak jaman kolonial Belanda yaitu pada tahun 1931 melalui Dierenbeschermings Ordonantie (UU Perlindungan Binatang Liar: Staatblad th. 1931 No. 134) dan Dierenbeschermings Verordening (Peraturan Perlindungan Binatang Liar th. 1931 dan th. 1935) sampai kepada Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 301/Kpts-II/1991 dan UU No. 5 th. 1990. Satwa ini juga dilindungi berdasarkan UU Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. 5 th. 1990 serta Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 301/Kpts-II/1991.
3. Sejak tahun 1978 secara internasional bekantan mulai masuk dalam daftar RDB (Red Data Book, yang berisikan daftar tentang species yang terancam punah di seluruh dunia) yang dikeluarkan IUCN (World Conservation Union) dengan status vulnerable (beresiko tinggi terancam punah dalam waktu tidak terlalu lama lagi). Pada tahun 1996, dengan sistem penentuan kriteria yang baru, IUCN tetap memasukan bekantan ke dalam kategori vulnerable dan ditambahi dengan keterangan A2c (A = Populasi menurun sekurang-kurangnya 20% dalam waktu 10 tahun atau 3 generasi; 2c = Penurunan populasi pada masa datang diduga berdasarkan pada penyusutan daerah sebaran, dan/atau kualitas habitatnya). Selain itu CITES, yaitu sebuah konvensi internasional tentang perdagangan spesies flora dan fauna yang terancam punah, sejak tahun 1973 memasukan bekantan kedalam Appendix I (= tidak boleh diperdagangkan secara internasional). Wolfheim (1983) didalam analisisnya mengkategorikan bekantan sebagai satwa yang memiliki tingkat keterancaman tertinggi untuk satwa, kategori ini mendudukan bekantan setara dengan Orangutan (Pongo pygmaeus).
4. Pada tahun 1977 diperkirakan bahwa bekantan liar yang berada di Serawak tinggal 6.400 ekor saja. Dan diperkirakan sekarang hanya tinggal 1.000 ekor saja. Tersisa sekitar 2.000 ekor di Sabah dan 4.000 ekor di Kalimantan (Anonim, 2004). Pada tahun 1987, MacKinnon menduga populasi bekantan di Indonesia pada saat itu berjumlah 260.950 ekor, dengan kepadatan 25 ekor per km2, serta populasi yang berada di kawasan konservasi diduga 25.625 ekor.
5. Sebagian besar habitat Bekantan berada di wilayah-wilayah lahan basah, terutama mangrove, yang diantaranya adalah Delta Mahakam, Pesisir Tarakan dan Cagar Alam Teluk Adang-Teluk Apar. Kondisi-kondisi habitat yang semakin memprihatinkan saat ini telah menjadikan populasi Bekantan semakin berkurang di alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak ada hasil tanpa usaha tiada usaha tanpa hasil.

Koneksi Antar Materi – Modul 3.1 : Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai se...